Press Release
Para Aktivis Lingkungan Aceh Tuntut Capres dan Cawapres Tangani Krisis Iklim Indonesia
sejumlah aktivis lingkungan di aceh tengah menyoroti catatan prestasi pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mereka pandang kurang memperhatikan isu lingkungan dan keselamatan rakyat.
Ganjar Pranowo, salah satu calon presiden, dianggap belum sepenuhnya pro-lingkungan dan rakyat dalam menyelesaikan konflik di Wadas.
Sementara itu, Prabowo Subianto, calon presiden lainnya, diduga memiliki keterkaitan dengan bisnis tambang batubara yang terbukti merugikan lingkungan dan menyebabkan krisis iklim.
Anies Baswedan, yang juga mencalonkan diri, dianggap gagal dalam mengendalikan polusi udara di DKI Jakarta.
Menghadapi situasi ini, puluhan individu dari berbagai Oraganisasi Lingkungan dan Juga Organisasi Jurnalis Lingkungan membuat kegiatan "power up", Jumat 3 November 2023.
Koalisi Power UP di aceh melakukan Diskusi dan Aksi yang bertujuan untuk mencari solusi tersebut digelar pukul 16.00 WIB di Tongkang Yang terdampar di Pantai Nagan permai desa Lhok kecematan Kual Persisir Kabupaten Nagan raya Dalam diskusi tersebut narasumber Ir. Samsunan S.T., M.T. tentang Transisi energy dan peluang merubah energy fossil menjadi energy terbarukan yang disediakan oleh Alam sendiri. Pemateri kedua Rahmad Syukur direktur Yayasan Apel Green Aceh menyampaikan tentang ditangan pemuda kita tentukan pemimpin masa depan yang pro iklim bukan mereka yang hanya janji saja terhada komitmen menjaga lingkungan dan masa juga melakukan aksi perbentangan sepanduk Raksasa di Daerah Tongkang Batubara yang terdampat di pantai Naga permai,
para peserta dalam diskusi mengemukakan tuntutan kepada calon presiden dan wakil presiden agar berkomitmen dalam menangani krisis iklim dan melaksanakan transisi energi yang adil dan berkelanjutan.
Rufa Ali Ketua Ahan Barsela menyoroti potensi Indonesia untuk secara bertahap beralih ke energi bersih.
"Proses transisi tersebut diharapkan memprioritaskan pemulihan lingkungan dan melibatkan komunitas dalam demokratisasi energi," katanya.
Ia menekankan perlunya ketegasan pemimpin yang tidak mengorbankan lingkungan demi keuntungan investasi.
Melda , Perwakilan Koalisi Perempuan Jaga Lingkungan yang turut serta dalam aksi tersebut, menyatakan bahwa Para Perempuan sangat peduli terhadap lingkungan.
Ia menegaskan pentingnya pemerintah untuk menghentikan penggunaan energi batubara yang merugikan lingkungandan juga berdampak langsung Pada para perempuan di daerah tambang dan pltu.
Koordinator aksi, Rahmad Syukur, yang direktur Yayasan Apel Green Aceh, menjelaskan bahwa gerakan "power up" adalah upaya bersama untuk mendesak calon pemimpin Indonesia mendeklarasikan krisis iklim dan merinci langkah-langkah konkret untuk mengatasinya.
"Sehingga suhu bumi tidak meningkat lebih dari 1,5 derajat Celsius," ujarnya.
Ia juga mendesak pasangan calon untuk tidak menerima dana kampanye dari industri batubara, minyak, dan gas, yang dapat mendorong penggunaan energi batubara.
Dalam konteks pemilihan umum saat ini, para peserta aksi berharap kepada tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden menyatakan secara terbuka dalam visi misi mereka strategi konkrit untuk menghadapi krisis iklim bukan hanya fatamorgana saja.